chaotic
Kamu.
Iya, kamu yang sudah berlalu bertahun-tahun lamanya. Yang pernah, tapi sudah tidak, kucintai sebenar-benarnya. Yang terakhir merasakan seperti apa seorang Kristy yang 'optimist in love'. Yang terakhir merasakan seperti apa bersama seorang Kristy yang masih punya option 'berkorban demi cinta' di hidupnya.
Kamu.
Orang terakhir yang menemui dia. Kristy yang itu. Yang berani, yang percaya. Yang tidak menyerah-malah menolak kalah. Kristy yang sudah lama pergi, tidak kembali, malah mungkin dia mati.
Kamu.
Kamu harus tahu. Aku meninggalkan laki-laki itu, terbaik yang pernah ada di muka bumi. Laki-laki yang paling menyayangi dan melindungi aku bahkan sampai hari ini. Setelah semua yang terjadi. Setelah semua yang padanya kubiarkan terjadi. Laki-laki terbaik yang sudah melakukan jutaan hal sempurna, berusaha membuatku percaya. Kamu tau apa yang dia dapat sebagai balasnya? Suatu hari entah kenapa aku mulai punya bayangan 'seperti apa rasanya kalau dia juga menyakitiku'. Aku ketakutan, dihantui, diteror, siang malam. Di hari-hari juga di mimpi-mimpi. Lalu begitulah, aku pergi. Aku pergi sebelum dia pergi. Karena dia jauh lebih baik darimu, aku tau kalau dia sampai menyakiti, sakitku akan berkali-kali lipat dibandingkan yang disebabkanmu dulu itu.
Kamu.
Kamu harus tahu. Aku bersama laki-laki ini yang menyayangiku sebaik yang dia bisa. Dia sedikit menyakitiku, tak sengaja. Dia memperbaikinya, tapi ku tak bisa lupa.
Padahal siapa bilang laki-laki itu akan pergi?
Padahal kata siapa laki-laki ini sama saja?
Seorang perempuan 21 tahun yang putus asa dalam diriku yang terus mengatakannya.
Kamu.
Kamu harus tahu. Perempuan 21 tahun itu sekarat tak berkesudahan. Air matanya tidak berhenti sejak hari dulu itu waktu dia tahu dia bukan ‘satu-satunya’ di hidupmu, tapi ‘satu dari tiga’. Dia terus terisak sambil memperingatkan siapa saja yang bisa: “hati-hati, mereka semua sama.”
Dialah pembuat Kristy yang 'optimist in love' dan masih punya option 'berkorban demi cinta' di hidupnya jadi marah dan pergi … tidak kembali, malah mungkin dia mati.
Kamu.
Kamu.
Kamu.
Kamu tahu aku bukan tipe orang yang menyesali masa lalu. Aku mensyukuri keberadaan mereka. Rasanya semua sudah kulewati dengan sebaik-baiknya. Kalaupun ada yang menawarkan kembali ke masa lalu, aku kemungkinan besar takkan mau.
Kecuali.
Kalau saja aku tahu bahwa akan begini jadinya, takkan kuturuti permintaanmu sebagai seniorku dulu untuk memijat bahumu
Jujur saja, kalau untuk itu: Aku menyesal.
Aku bukan menyalahkanmu untuk seorang aku yang complicated sekarang ini.
Aku hanya ingin kamu tahu, kamu punya andil besar dalam menghancurkan aku.
Luar biasa memang…keparat!
Comments