The Perfect Rebound
Tanpa sengaja kuingat kembang api yang kaubawa di tengah malamku beberapa waktu yang lalu. Gelapku menjinak waktu langit hitam berhias ribuan nyala gradasi kuning hingga jingga. Terang dan hangat. Dingin tak lagi menyengat.
Sejenak terpukau, tak percaya bahwa, "Aku selamat."
Walaupun.
Kau hanya tiba tuk memberi dan membantuku menyulut kembang api.
Setidaknya kau tinggal sampai percik-percik terakhir mati. Setidaknya lewat genggaman eratmu kau bisa membuatku mengerti : Bahwa kau hanya indah jika ada nyala kembang api, bahwa sesudahnya kau harus pergi. Ternyata di cerita Cinderella versi baru, engkau yang jadi Upik Abu.
[ha, itu kan warna kesukaanmu]
Upik Abu favoritku, yang menguatkanku bertahan hingga pagi, dan kembali menjalani hari, hingga kini.
Sejenak terpukau, tak percaya bahwa, "Aku selamat."
Walaupun.
Kau hanya tiba tuk memberi dan membantuku menyulut kembang api.
Setidaknya kau tinggal sampai percik-percik terakhir mati. Setidaknya lewat genggaman eratmu kau bisa membuatku mengerti : Bahwa kau hanya indah jika ada nyala kembang api, bahwa sesudahnya kau harus pergi. Ternyata di cerita Cinderella versi baru, engkau yang jadi Upik Abu.
[ha, itu kan warna kesukaanmu]
Upik Abu favoritku, yang menguatkanku bertahan hingga pagi, dan kembali menjalani hari, hingga kini.
Comments
hebat euy...menulis sudah seperti bernafas!
boleh yah minta link blog nya :D
hehe...